ko namo nyo batu hijau lumuik. Dari Sungai Dareh, Sumatera Barat” Dengan logat Minang yang kental Bang Ujang Pulau, pedagang batu akik yang menggelar barang dagangan di depan teras warung yang tidak dihuni menceritakan kepada saya dari mana asal batu berwarna hijau yang ada digenggaman tangannya. Percakapan antara kami berdua berlangsung di sebuah pasar unik yang ada di Pekanbaru. Pasar ini bernama pasar Palapa. Sebuah pasar yang terletak di jalan Durian. Labuh Baru.
Jika menyebut pasar, yang ada di pikiran kita adalah tempat dimana sembilan bahan pokok/sembako dijual. Becek, bau ,dan penuh dengan hilir mudik para pedagang maupun pembeli adalah suasana yang tergambarkan dikepala kita. Gambaran ini akan berbeda dengan pasar Palapa. Pasar Palapa adalah rumah bagi penjual dan pengrajin batu permata di Pekanbaru.
Menurut para pedagang, Pasar Palapa merupakan pasar batu terbesar di Sumatera. Terdapat kurang lebih 40 pedagang yang memiliki kios di pasar ini. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumatera. Hal ini yang di utarakan Ajo, salah satu pedagang batu yang menggelar barang dagangan di depan teras salah satu kios yang tidak terpakai. “Ambo dari Bengkulu, dengan modal tidak terlalu besar ambo nekat ke Pekanbaru dan berdagang disini”. Sejak trend menggunakan cincin dengan batu mulia marak di Pekanbaru.
Pengrajin batu mulia yang ada di Pasar Palapa mendapatkan untung. Menurut Bang Ujang, batu-batu yang dijual di pasar sebagian besar berasal dari Sumatera Barat, Bengkulu, Medan, Aceh, bahkan dari Irak. Masing-masing batu yang dijual memiliki peminat yang berbeda. Beberapa jenis batu yang dijual di pasar adalah; Batu hijau lumut, batu badar basi, batu lumut sukki, batu pucuk pisang. Batu batu tersebut adalah beberapa jenis batu yang berasal dari Sungai Dareh, Sumatera Barat.
Batu yang berasal dari Sungai Dareh memiliki tekstur yang unik. Batu hijau lumut misalnya. Batu yang disebut dengan batu giok Sumatera Barat ini memiliki tekstur seperti diselimuti dengan selimut berwarna hijau. Saat saya memperhatikan detail kristal dari batu hijau lumut, tiba tiba saja bang Ujang memberikan lampu senter yang tadi berada di genggamannya. “Ini cara untuk menguji melihat tekstur dari batu, coba disenter patahan berwarna hijau itu. Jika tembus, itulah batu hijau lumut asli.” Ujar nya. Harga dari batu cincin yang berupa batu alam ini tidaklah mahal. Cukup dengan Rp 30.000 kita sudah bisa membawa batu cincin ini kerumah. Para hobiis batu menyebut batu yang masih mentah ini dengan nama “ batu bahan”.
0 Response to "Pedagang Batu Akik di Pasar Palapa Pekan Baru"
Posting Komentar