Pertemuan itu terjadi di puncak Menara Jam, tepat di depan Masjidil Haram, Mekah. Pekan kedua Oktober lalu, Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf bertemu pengusaha Jerman yang tergabung dalam konsorsium Saudi Bin Laden Grup. Pemilik perusahaan FaciliTech Co itu sedang menangani proyek Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Saudi Bin Laden Group, adalah salah satu kelompok usaha terbesar di Timur Tengah.
Kepada pengusaha Jerman itu, Mualem memperkenalkan batu giok Aceh yang sedang dicari banyak orang di Indonesia. Tak lupa, Mualem menyematkan cincin yang diikat dengan giok Aceh kepada pengusaha Jerman itu. Dalam pertemuan itu, Mualem didampingi staf khususnya Teungku Fauzan Kamil, dan Marlina Usman, istri Mualem.
FacilitiTech memang bukan sembarang perusahaan. Saat ini, mereka sedang membangun Kingdom Tower di Jeddah, calon gedung tertinggi di dunia. Tingginya mencapai satu kilometer, melebihi gedung yang tertinggi saat ini di Dubai yang mencapai 650 meter.
Hari itu, kepada tim dari Saudi Bin Laden Group itu, Mualem memaparkan sejumlah peluang investasi di Aceh. Selain itu, Mualem juga menyatakan Aceh siap memasok kebutuhan untuk pembangunan Kingdom Tower. “Juga jika diminta memasok kebutuhan perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pengusaha-pengusaha di Aceh siap menjalankannya,” kata Mualem.
Begitulah. Lewat batu giok Aceh, Mualem sesungguhnya sedang melakukan diplomasi untuk menarik investor ke Aceh.
Tiga hari sebelumnya, untuk kedua kalinya Mualem juga bertemu pengusaha ritel Bin Dawood, perusahaan ritel terbesar di Arab Saudi. Kepada pengusaha bernama Abdul Kholiq bin Dawood, Mualem juga menyematkan cincin giok Aceh.
Lewat 'diplomasi giok' itu, Mualem sedang memperkenalkan batu giok Aceh. Ia berharap batu giok Aceh bisa menembus pasar batu mulia di Timur Tengah.
Batu giok memang sudah lama akrab dengan orang Aceh. Rasa-rasanya, jarang sekali orang Aceh yang tidak menyematkan cincin batu di jemarinya. Maka ketika kini batu giok Aceh mulai menanjak namanya di bursa batu mulia nusantara dan mancanegara, Mualem pun memanfaatkan momen itu. Mualem sendiri kerap kali terlihat menggunakan batu giok di jemarinya. Salah satunya batu berwarna merah delima.
Meski bangga dengan kian melambungnya nama giok Aceh, ketika bertemu pengusaha giok Aceh di Jakarta akhir September lalu, Mualem berpesan agar keberadaan batu giok Aceh tidak merusak alam.
Laporan Antaranews.com menyebutkan, batu giok Aceh merupakan yang terindah di dunia. Seorang pengusaha giok, A.B. Hamdi mengatakan, “Selama 24 tahun berbisnis batu mulia, saya belum pernah melihat batu seindah giok Aceh."
Kata Hamdi, giok Aceh punya ciri khas: jika dipegang terasa dingin. Ini berbeda dengan batu mulia dari Garut dan batu bacan yang tidak dingin, tapi indah warnanya.
Di Aceh, daerah penghasil giok adalah di Kabupaten Nagan Raya, Sungai Lumut di Aceh Tengah, dan Gayo Lues.
Untuk pasar dunia, batu giok Aceh berpotensi masuk ke Tiongkok untuk bahan membuat patung atau aksesori lain. "Harganya bisa sampai ratusan juta rupiah," kata Hamdi yang meyakini batu giok Aceh akan terus dicari hingga 20 tahun ke depan.
Itu sebabnya, melihat potensi itu, Wagub Mualem menjajaki peluang pasar giok Aceh hingga ke Arab Saudi.
Diplomasi giok itu pun membuahkan hasil. Abdul Kholiq bin Dawood menyatakan minatnya berkunjung ke Aceh pada Januari atau Februari mendatang. "Ia akan masuk ke Sabang dan impor kopi dari Takengon," kata Mualem.
Di tanah Arab, Mualem meneruskan diplomasi giok Aceh hingga akhir Oktober.
0 Response to "Giok Aceh Dibicarakan di Tanah Arab"
Posting Komentar