Jenis batu mulia yang menyita perhatian masyarakat Bone saat ini adalah batu mulia asal Ternate, Maluku Utara, yang lebih dikenal dengan sebutan batu Bacan, khususnya jenis batu bacan Doko dan batu bacan jenis Halmahera asal pulau Kasiruta yang diperdagangkan di Bacan Island (Pulau Bacan).
Tidak diketahui pasti kapan dan apa penyebab demam batu bacan ini melanda sejumlah masyarakat Bone. Namin sebagian menduga hal itu maraknya perburuan batu bacan itu berkenaan dengan kegiatan pameran batu mulai tingkat dunia yang digelar di luar negeri beberapa waktu lalu.
Namun ada pula yang mengatakan, batu yang terkenal sebagai perhiasan dimasa kesultanan seperti Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan itu populer lantaran Presiden pertama RI, Soekarno pernah dihadiahi batu bacan sekitar tahun 1960. Kemudian Presiden SBY juga pernah memberikan hadiah batu bacan kepada Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat. Karenanya tak heran apabila batu bacan harganya mahal dan banyak diburu para kolektor batu mulia.
Pada sebagian penyuka batu mulia di Bone, kini ada kecenderungan memburu bahan mentah (bongkahan) untuk diolah menjadi hiasan di tukang mengolah batu mulia yang terdapat di sejumlah tempat daripada membeli batu sudah jadi dari sejumlah pedagang asongan maupun yang mangkal di pusat kota.
Seiring perjalanan waktu, kini hampir di setiap pinggiran jalan dapat dilihat pedagang batu, maupun pengraji batu dadakan khususnya di kawasan pinggir Jalan Veteran, Urip Sumohardjo Bone. Tak hanya itu, aktivitas pedagang batu juga mewarnai dijalan-jalan di Kota Bone. Dari satu lapak kini beberapa lapak mulai berdiri sepanjang jalan.
"Kalau beli yang sudah jadi, takutnya bukan batu asli, tapi sintetis atau imitasi. Kita yang awam kan sulit membedakannya. Tapi kalau kita beli bahan bakunya, pasti asli. Meskipun kadang hasilnya belum tentu sesuai harapan," kata Asdar (37), warga Kelurahan Panyula, Kecamatan Tanete Riattang Timur, yang mengaku mulai menggandrungi batu asal Maluku Utara ini.
Saking penasaran terhadap batu bacan yang kini banyak diperbincangkan dihampir semua tempat itu, Asdar mengaku mencoba menambah pengetahuan tentang batu mulia dengan menelusuri laman internet maupun hanya sekedar sharing bersama pecinta batu bacan di warung kopi.
Harga batu-batu bacan ini bervariatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan bahkan belasan juta. Mulai batu dalam bentuk kepingan bahan mentah, setengah jadi, hingga sudah jadi untuk hiasan cincin, kalung, gesper, maupun hiasan lainnya dalam berbagai ukuran.
Salah seorang kolektor batu mulia di Bone, Iwan Chatib mengatakan, ketertarikan warga bone pada batu bacan ini lantaran, batu bacan sering disebut sebagai batu hidup, dimana jenis batu ini memiliki keunikan yang dapat melakukan proses menjadi lebih indah secara alami.
"Batu bacan memiliki inklusi atau serat batu yang banyak dan secara perlahan berubah menjadi lebih bersih (bening) atau mengkristal dalam waktu bertahun-tahun. Hal ini cukup dengan mengenakkannya setiap hari dalam bentuk cincin," ungkap Iwan.
Iwan menjelaskan, batu bacan menjadi salah satu batu mulia yang diminati lantaran tingkat kekerasan batu bacan mencapai 7,5 skala Mohs seperti jenis batu jamrud dan melebihi kekuatan batu giok. Selain itu pada beberapa jenis batu bacan, memiliki khasiat yang dapat menyerap unsur dari pada senyawa lain yang melekatinya.
"Misalnya, sebuah cincin dengan tali pengikat berbahan emas, dengan sebutir batu bacan, mampu menyerap bahan emas tersebut sehingga bagian dalam batu bacan tersebut akan muncul berkas-berkas emas, dan pastinya kadar gram emas itu akan berkurang, sehingga lebih baik diikat dengan perak atau titanium," jelasnya.
Iwan menjelaskan, untuk ciri-ciri bacan doko biasnya berwarna hijau tua. Sedangkan pada bacan Palamea/Halmahera biasanya berwarna hijau muda kebiruan. Asal usul nama batu bacan itu juga diambil dari kedua desa yang berasal dari Kasiruta.
0 Response to "Fenomena Batu Bacan Melanda Daerah Bone"
Posting Komentar