Hal ini mebuat para kolektor memburu batu ini, sedikit mengenal sejarahnya, batu bacan berasal dari Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di daerah asalnya, kepopuleran bacan sudah berlangsung sejak lama, namun mendunianya setelah ada warga asing membawa labor terhadap kadar batu ini, ternyata batu ini memiliki keunikan sendiri setelah batu mulia.
Semenetara Batu Lumut Sungai Dareh di Sumbar dan Bio Solar dari Aceh juiga tidak kalah dengan keunikan Bacan, bahkan saat ini cenderung orang memburu batu yang berasal dari pulau Sumatera ini, apalagi setlah beberpa hari lalu, Bio Soilar ini menjadi pemenang pada pameran batu di Jakarta.
Kenapa batu ini menjadi buruan, itu disebabkan batunya langka dan warnanya diyakini bisa berubah. Dengan cahaya kristal yang terpancar dari dalam bacan ini, mampu memikat seluruh pecinta dan kolektor batu akik untuk mengkoleksinya, bahkan ada yang hidupnya diabdikan mengeluti bisnis bacan hingga meninggalkan keluarga.
Batu bacan yang paling dicari adalah bacan doko. Sebab, warnanya bisa berubah dan ada cahaya kristalnya, dibilang bernyawa karena bisa berubah warna dan paling mahal harga jualnya.
Selain jenis doko, bacan juga memiliki jenis lain yakni bacan obi berwarna coklat, putih, dan madu, bacan palamea berwarna biru dan merah, bacan weda berwarna coklat dan kuning, dan beberapa jenis bacan lainnya. Doko sendiri berwarna hijau.
Di antara batu akik, harga bacan terbilang paling mahal. Harga per butir bacan yang siap pakai jadi permata cincin yang sudah jadi bisa dihargai Rp 5 juta sampai Rp 15 juta.
Kalau dibeli perbongkahan seperti bacan doko bisa Rp 200 juta sampai Rp 300 juta per kilogram. Itu harga bacan yang benar-benar super yang diambil langsung dari kedalaman yang paling dalam di pusat pertambangan Pulau Bacan.
0 Response to "Bio Solar Aceh, Bacan dan Sungai Dareh Jadi Target Buruan Kolektor"
Posting Komentar