Top Advertisement

Batu Akik Sudah Dianggap Sebagai Gaya Hidup



pusat batuJika dulunya, orang yang menggunakan batu cincin dianggap  jadul atau tua atau identik dengan dukun, kini persepsi itu telah berubah. Batu akik sudah dianggap sebuah gaya hidup. Orang rela mengeluarkan budget yang besar untuk bisa mendapatkan kepuasan guna memiliki batu tersebut.

Tak jarang pecinta batu akik tersebut rela mengeluarkan koceknya dalam angka yang fantastis untuk bisa mendapatkan batu tersebut. Usaha ekonomi kreatif  masyarakat pun mulai berkembang bak cendawan tumbuh. Penjualannya tak hanya dilakukan di pinggir jalan, namun juga dilakukan di kafe-kafe serta door to door.

Minuman tradisional yang berasal dari daun kopi yang lebih dikenal dengan sebutan “Kawa Daun” menjadi minuman tradisional pengiring perbincangan dan diskusi ringan sambil mencicipi  gorengan “tongkang” khas Luak Limopuluah yang renyah di salah satu warung kopi di pusat Kota Payakumbuh. Sore itu, disana berbagai cerita dan wacana menarik sembari sesekali bercanda sekaligus tempat sederhana memasarkan batu cincin atau “Batu Akik” penghias jemari yang umumnya disuka kaum pria.

Tidak lama berselang, seorang pria paruh baya yang berpenampilan rapi ikut bergabung. Dia merupakan salah satu pejabat di Pemkab Limapuluh Kota. Pria yang kini menjabat Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Limapuluh Kota itu menyapa pengunjung lapau yang sudah lebih dulu hadir.

“Baa kaba, kawan-kawan lai sehat. Ambo sato bagabuang ciek disiko,” ungkap Desri menyapa sambil bersalaman dengan rekan-rekan satu meja sebelum duduk di salah satu kursi yang masih kosong. Tidak lama berselang, dari kantong celananya keluar sebuah bungkusan berisi puluhan batu cincin.

Tidak dijual, sebab Desri memang sengaja membawakan batu akik tersebut sebagai oleh-oleh bagi rekan-rekannya yang biasa duduk di warung “Kawa Daun” pusat Kota itu.

Hobi memiliki batu akik yang kini sedang booming tersebut, secara langsung membuka peluang baru bagi para pengrajin batu akik. Selain itu pencari batu-batu cantik di Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota juga mendapatkan peluang pasar yang bagus. Pengrajin batu akik di Pasar Payakumbuh juga tidak pernah sepi pengunjung yang ingin mengikat batu akiak menjadi cincin.

“Iko ado batu rancak sia nio,” ungkap Djarot salah seorang pecinta batu akiak memberikan informasi kepada sejumlah pecinta batu akiak yang notabene masih teman-teman dengan hobi yang sama sebagai kolektor batu cantik.  Transaksi penjualan batu akik tersebut langsung terjadi di lokasi.

Beda lagi, di Dharmasraya. Jika sebelum gencarnya razia yang dilakukan aparat keamanan di Sungai Batanghari akibat penambangan emas illegal, banyak para pendulang yang mendapatkan batu mentah akik itu di sungai. Para penambang akan menyimpan batu berharga itu untuk sementara waktu.

Usai melakukan penambangan batu tersebut lalu diolah dan dijual dengan harga tinggi. Untuk kualitas batu Lumuik Sungai Dareh  yang tinggi dijual seharga Rp5 juta  ke atas per batu cincin. Namun jika kelasnya atau warna batunya  tidak terlalu mencolok hanya dijual berkisar di angka Rp500 ribu sampai Rp1 juta per  batu cincin.

 

0 Response to "Batu Akik Sudah Dianggap Sebagai Gaya Hidup"

Posting Komentar