PENGUSAHA yang dulu kerap dijuluki ''raja kayu'' Indonesia, Muhammad ''Bob'' Hasan, semenjak bebas atau keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) Batu, Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, ternyata sudah dua kali mengunjungi LP tersebut.
Kunjungan yang dilakukan Bob merupakan kunjungan kali kedua. Kunjungan kali pertama dilakukan tak lama setelah mantan menperindag Orde Baru (Orba) itu dinyatakan bebas, yakni antara Maret-April 2004.
Dengan mengenakan celana panjang gelap dan baju merah muda, Bob Hasan ditemani beberapa orang kepercayaannya datang ke LP Batu guna melihat perkembangan usaha kerajinan batu akik hasil binaannya.
Selama menjadi penghuni LP, Bob Hasan memang banyak melakukan kegiatan positif. Yang dilakukan dia tidak hanya sekadar mengembangkan usaha kerajinan batu akik, tetapi juga pembinaan kepada para napi lain. Mulai dari soal kebersihan sampai pada soal ibadah dan olahraga.
Kepala Seksi Bimbingan Narapidana LP Batu, Indarto Prihmono BcIP, di sela-sela menerima kedatangan pengusaha itu di ruang tamu mengatakan, perhatian terhadap kebersihan di lingkungan LP Batu sangat besar.
Dulu sebelum ada Bob Hasan, para napi mandi di kamar mandi terbuka yang kotor karena tidak pernah dikuras. Pipa air di lingkungan LP yang terbuat dari besi juga dibiarkan berkarat dan bocor di sana-sini.
Namun setelah ada dia, bak mandi yang semula kotor langsung menjadi bersih. Sebab, dia mengajak napi yang lain untuk membersihkannya.
Pipa besi yang telah berkarat dan bocor juga diganti dengan pipa paralon sehingga tidak ada yang bocor lagi. Tidak hanya itu, dapur dan ruang atau kamar para napi sekarang juga selalu dalam keadaan bersih. ''Saya memang selalu menekankan kepada sesama napi untuk hidup sehat. Cara yang paling mudah ya dengan menjaga kebersihan. Jadi saya selalu mengingatkan kepada semua warga binaan di LP Batu soal kebersihan. Seperti jangan meludah atau membuang puntung rokok sembarang di dalam kamar. Ternyata mereka mau menuturi nasihat saya, jadi sekarang semua kamar napi selalu bersih. Tak ada lagi ludah atau puntung rokok,'' kata Bob Hasan yang saat itu duduk di samping Kasi Kegiatan Kerja LP Batu, Srianto SPd.
Melihat Bengkel
Usai berbincang soal kegiatan Bob Hasan ketika masih di LP Batu, sekitar pukul 12.30 atau tepatnya setelah jam istirahat napi selesai, Kepala LP Batu Sudwi Haryatmo BcIP SPd mengajak tamunya ke bengkel kerja tempat para warga binaan mengasah puluhan atau bahkan ratusan butir batu akik berbagai warna dan bentuk.
Kedatangan rombongan mendapat sambutan yang luar biasa dari warga binaan yang sedang bekerja mengasah batu akik. Di antara mereka langsung menyambut dengan menjabat tangannya. Bahkan ada yang mencium tangan pengusaha itu.
Sikap Bob Hasan memang cukup familier. Semua warga binaan yang sedang mengasah akik disalami satu per satu. Bob Hasan pun tidak segan-segan menanyakan kepada warga binaan, kapan akan bebas dari LP Batu.
Menurutnya, setiap napi yang bekerja di bengkel tempat mengasah batu akik akan mendapat upah. Setiap hari mereka diwajibkan menabung Rp 500. Uang itu disimpan di koperasi. Uang tabungan mereka dibagikan setahun sekali. Setiap penabung diberi jasa 100%.
''Kalau tabungan mereka Rp 30.000, maka jasa atau bunga yang diterima juga Rp 30.000. Dengan menabung seperti itu, napi yang bebas ketika akan pulang ke kampung halamannya tidak merasa kebingungan. Sebab, dia punya uang untuk ongkos pulang. Bagi yang belum bebas, uang tabungan tersebut dapat digunakan keperluan lainnya,'' katanya.
Warga binaan LP Batu hanya bekerja mengasah akik. Sedangkan pemotongan batu dilakukan di luar LP, tepatnya di Jl Gayam RT 7 RW 10 Kelurahan Tambakreja. Dengan cara seperti itu, di dalam bengkel kerja tidak ada perkakas kerja yang tajam. Hal itu untuk menghindari jangan sampai perkakas tersebut digunakan untuk berkelahi.
''Kalau ada perkakas yang tajam, wah bahaya. Nanti kalau ada napi yang ribut, perkakas tersebut bisa digunakan untuk berkelahi. Bisa ribut nanti kalau sampai terjadi seperti itu.''
Batu yang diasah di LP Batu tidak semua berasal dari Nusakambangan. Sebab, ada juga batu yang didatangkan dari Surabaya dan Sumatera. Bahkan, ada pula yang didatangkan dari India dan Srilangka. Jenis batu yang digunakan pun bermacam-macam. Ada batu obsidan hitam, obsidan biru, obsidan cokelat, obsidan hijau, jasper, cristal, kecubung, badar, dan beberapa jenis batuan lainnya.
Setelah batu dipotong dengan berbagai ukuran dan diasah menjadi beragam bentuk, maka semua batu yang sudah jadi dikirim ke Yogyakarta atau Surabaya. Di Yogyakarta dan Surabaya, batu-batu tadi ''disulap'' menjadi perhiasan dengan beragam bentuk. Perhiasan dapat berupa kalung, anting-anting, gelang tangan, gelang kaki, bross, atau pin. Bahkan, ada juga yang dibuat menjadi tasbih.
Perhiasan tadi tidak hanya dijual di pasar dalam negeri, tetapi juga diekspor ke mancanegara. Penawaran ke pasar luar negeri dilakukan melalui internet. Permintaan terbanyak datang dari Amerika. Harganya bervariasi, mulai dari yang seharga Rp 300.000 sampai yang di atas satu juta rupiah. Tergantung pada model dan banyaknya batu mulia yang digunakan.
Ketua Persatuan Batu Mulia Seluruh Indonesia Ir Sujatmiko pernah datang ke LP Batu untuk melihat dari dekat kegiatan kerajian batu akik yang dilakukan napi. Pada kesempatan itu dia juga memberikan pembinaan tentang pembuatan batu mulia kepada napi.
''Pak Sujatmiko melakukan pembinaan selama enam bulan. Setelah dibina, hasilnya lebih bagus. Bahkan lebih bagus dari yang diajarkan oleh Pak Sujatmiko sendiri,'' kata Bob Hasan sambil tertawa.
Menurutnya, usaha pembuatan batu akik di LP Batu tidak pernah mengalami kendala yang berarti. Satu-satunya kendala yang dirasakan hanya menyangkut tenaga kerja dari napi.
Sebab, napi tidak selamanya berada di LP Batu. Banyak warga binaan yang sudah mahir mengasah batu akik, tetapi harus meninggalkan LP karena sudah bebas. Akibatnya, dia harus mengajari lagi dari nol warga binaan yang baru masuk ke LP Batu.
''Kalau memang mau, nanti napi korupsi pun kita ajari mengasah batu akik. Semestinya mereka mau. Sebab, di dalam LP, kalau tidak ada kegiatan, akan menjenuhkan. Kalau banyak kegiatan, sudah satu bulan di LP pun terasa seperti baru kemarin.''
Dia mengatakan, para napi GAM yang ada di LP itu juga dilatih mengasah batu akik. Semua pelatihan dilakukan dalam pengawasan petugas LP. Pelatihan tersebut sekaligus untuk membekali mereka.
Diharapkan keterampilan mengasah batu akik yang diperoleh selama di LP Batu dapat digunakan sebagai modal untuk membuka usaha kerajinan batu akik di daerah asal mereka.
0 Response to "Batu Hasil Pengrajin LP Nusakambangan Binaan Bob Hasan Tembus Pasar Ekspor"
Posting Komentar