Febri, salah seorang pengasah batu akik di Jalan Nangka Kelurahan Ponorogo Kecamatan Lubuklinggau Utara II mengakui, sejak beberapa bulan terakhir dirinya tertarik untuk menjadi perajin batu akik. Meski diakuinya sudah lama ia bisa mengasah batu, namun baru beberapa bulan belakangan ini saja ia mulai tekun untuk menekuni profesi ini.
Ia yang sehari-hari berprofesi sebagai teknisi orgen tunggal mencoba untuk menekuni kegiatan ini karena peminatnya makin meningkat.
“Sebenarnya saya sudah lama bisa mengasah batu akik, tapi belum secara serius, karena sehari-hari saya kerja jadi teknisi orgen tunggal. Sekarang ini masyarakat makin gandrung dengan batu akik. Maka saya buka tempat untuk mengasah batu akik,” ujarnya.
Diungkapkan, modalnya untuk mengasah batu adalah dua unit mesin gerinda listrik yang dimodifikasi dari mesin pompa air serta satu unit alat pemotong batu. Tempatnya mengasah batu memanfaatkan sudut pekarangan rumah. Menurutnya, saat ini cukup banyak penggemar batu akik yang meminta jasanya untuk mengasah batu. Dalam sehari bisa belasan hingga puluhan batu diasahnya. Bahkan, jika pesanan sedang banyak, sampai malam hari pun ia masih mengasah batu.
“Untuk satu batu akik yang diasah, saya mematok harga Rp 25 ribu,” katanya.
Menjamurnya para pengasah batu akik ini, tak terlepas dari maraknya penambangan batu mulia seperti Batu Tawon, Jangat, Sunkis, Bungur dan beberapa batu lokal lainnya di wilayah tetangga seperti Musirawas Utara (Muratara). Batu-batu hasil penambangan tersebut, selain dijual keluar daerah hingga ke luar negeri, juga banyak diminati oleh warga Lubuklinggau. Biasanya untuk dijadikan perhiasan seperti batu akik dan liontin.
0 Response to "Pengrajin Batu Ini Mantan Teknisi Organ Tunggal"
Posting Komentar