Top Advertisement

Menyentuh Batu di Karangsambung



karsam1

Pernah membayangkan menyentuh batu-batuan yang ada di dasar laut dan terbentuk ratusan tahun lalu? Tidak? Tapi ketika bebatuan itu ada di hadapan sendiri, dan kita bisa leluasa menyentuhnya? Rasanya luar biasa! Apalagi, jenis batu yang siap disentuh ini tak seperti batu yang dilihat sehari-hari di jalanan. Tapi, adalah batuan tua dan, konon, merupakan alas Pulau Jawa yang berumur lebih dari 120 juta tahun.. Wow!

Karangsambung, tempat yang saya kunjungi kali ini merupakan laboratorium alam dan monumen geologi yang letaknya di daerah Pegunungan Serayu Selatan, Jawa Tengah.

Kawasan yang telah mengalami pengerosian ini, luasnya sekitar 300 Kilometer persegi. Jalan menuju lokasi, yaitu sekitar 19 Km utara Kebumen, beraspal, datar walaupun sedikit berkelak-kelok mengikuti Sungai Luk Ulo yang berada di sebelah Baratnya. Kalau dari terminal kebumen bisa menggunakan angkutan umum dua kali pindah, ongkosnya sekitar Rp. 5000-7000 an,- per orang.

Asyiknya sih memang bawa kendaraan sendiri. Tapi hati-hati, biasanya dari arah berlawanan sering ada truk jumbor yang mengangkut batang-batang bambu besar yang baru dipanen. Mungkin karena sudah terbiasa, pak supir truk itu bisa dengan tenang ngebut membawa angkutannya. Sementara, kita sebagai pendatang, jadi was was menghadapi ‘rally’ bermuatan ‘berat’ itu.

Nah, kalau para supir truk itu sudah lewat, kita bisa menikmati panorama alam di sekitarnya. Sebelah barat tadi ada sungai Luk Ulo. Airnya jernih, rasanya ingin nyebur saja ikut berenang dengan para penduduk yang tampaknya juga asyik menikmati beningnya air sungai itu. Sayang, di beberapa tempat di sungai itu, terlihat ada aktivitas `panen` pasirnya. Sedih juga, kalau dibiarkan tentunya bisa mengganggu keseimbangan alam di sekitarnya.

Ketika pertamakali mendengar Karangsambung, yang terbayang dalam benak saya adalah sebuah tempat yang penuh dengan karang yang sambung menyambung di dekat laut.

karsam4Dugaan saya ternyata meleset jauh, karena lokasinya ternyata jauh dari laut. Tetapi, pemandangan di kawasan ini memang luar biasa. Rasanya seolah menonton sebuah teater di alam terbuka. Kawasan Karangsambung ini dikelilingi gunung-gunung yang menjulang sampai ketinggian 523 meter di atas permukaan laut. Di antara rangkaian gunungnya, sering dijumpai lembah-lembah sempit memanjang. Di pagi hari, kita bisa melihat gunung-gunung berbentuk runcing (prismatic irreguler), laksana bongkah-bongkah raksasa yang terpotong-potong oleh lembah yang sempit. Mungkin karena itukah kawasan ini disebut karangsambung, entahlah.

Di gerbang masuknya kita disambut dengan batu prasasti besar yang bertuliskan selamat datang. Di kiri kanan terdapat gedung perkantoran serta tempat penelitian. Ada sebuah gedung besar, berisi contoh-contoh bebatuan yang dihasilkan di Karangsambung itu, lengkap dengan sejarah dan proses terbentuknya.

Kawasan ini pun dilengkapi dengan fasilitas pendukung lain yang sudah memadai, seperti gedung pertemuan, wisma/tempat penginapan ber AC, perpustakaan, workshop kerajinan batumulia, serta areal parkir yang cukup luas.

Tempat yang saya kunjungi ini, memang disebut juga Cagar Ilmu Pengetahuan Geologi Nasional. Jadi tak cuma kegiatan geowisata, tapi juga ada pengembangan dan penelitian bebatuan, melakukan konservasi wilayah yang mengandung bebatuan dan fenomena geologi bernilai ilmiah untuk kepentingan pendidikan. Jadi tak heran kalau di sana, kita juga bisa bertemu para peneliti dari berbagai perguruan tinggi yang sedang melakukan penelitian, selain dengan para turis lokal dan mancanegara.

Untuk yang tak biasa berwisata ke tempat yang dikelola UPT (Unit Pelaksana Teknis) Balai Informasi dan Konservasi Kebumian – LIPI seperti ini, tak perlu bingung. Karena di sini juga, Anda bisa ikut ceramah ilmiah populer serta diskusi yang digelar sebelum kunjungan ke lapangan dan melihat koleksi batuan serta proses pembuatan batumulia.

Jangan segan-segan bertanya, para ahli akan memberi keterangan sejelas-jelasnya. Ini juga dialami saya ketika bingung melihat batu-batu yang begitu banyak jenisnya. Apalagi namanya macam-macam. Ada Basalt, Gabro, Rijang, Konglomerat, Serpentinit, Sekis Mika, Gneis, dan macam-macam lagi.

Walaupun rasanya penjelasan itu tak bakalan selesai, saking panjangnya, tapi pada prakteknya, saya betul-betul larut dalam kisah-kisah sang bebatuan itu. Penjelasannya komplit, mulai tentang berbagai macam batuan tua dan proses pembentukannya, hingga menyusuri sungai yang memberikan gambaran tentang proses dinamika bumi itu. Yang unik, si batu0batu itu juga bisa menjadi perhiasan . salah satu contohnya menjadi liontin i kalung yang di foto itu lho.. (keren ya,..)

Proses tektonik yang terjadi di kawasan ini, membuat Karangsambung menjadi wilayah paling komplit koleksi bebatuannya di Indonesia. Bahkan, menurut salah seorang peneliti, jika menurut luas wilayahnya, kelengkapan koleksi batuan di Karangsambung ini juga terbesar di Asia.

0 Response to "Menyentuh Batu di Karangsambung"

Posting Komentar