Suatu hari, pada 1993, Mang Okim diundang acara syukuran oleh kerabat. Sepasang suami-istri yang baru selesai merenovasi galeri perhiasannya di bilangan Cikini, Jakarta. Di galerinya yang juga kantornya, tampak lemari-lemari antik berisikan perhiasan batu mulia.
Batu mulia pada perhiasannya diikat dengan bahan emas dan platina. Ornamennya sendiri terbuat dari Berlian. Desainnya benar-benar kelas tinggi.
Mang Okim sendiri dimintai pendapatnya mengenai beberapa set perhiasan. Salah satunya perhiasan Batu Mulia berwarna hijau tua transparan yang dikelilingi Berlian. Katanya, nama batu hijau tersebut adalah Zamrud Cikotok dan telah mendapatkan sertifikat dari luar negeri. Harga satu setnya mencapai ribuan Dolllar. Sama dengan puluhan truk batu mulia yang Mang Okim garap saat itu.
Pemeriksaan dengan kaca pembesar 10 kali ternyata berhasil menyingkap keberadaan inklusi gelembung udara kecil-kecil sekali. Gelembung udara ini terlihat di beberapa bagian Batu Mulia. Mang Okim cukup kaget dengan penemuan tersebut. Tentu saja, Mang Okim sangat sulit untuk menyampaikan temuannya ini ke kenalan Mang Okim. Terlebih lagi, setelah mengetahui harga perhiasan yang telah terjual. Semakin tidak enaklah Mang Okim.
Dalam kesempatan lain, Mang Okim bersama 30 Rotarian melakukan Vocational Trip ke Cikotok pada 1995 silam. Kami diajak berkeliling instalasi pengolahan emas di daerah tersebut. Di halaman salah satu ruang pemrosesan, Mang Okim menemukan beberapa “batuan” berwarna hijau tranparan. “Batuan” tersebut bercampur aduk dengan tanah.
Kemudian Mang Okim mengumpulkan beberapa butir “batuan” yang ukurannya seragam. Ukuran “batuan” yang Mang Okim ambil sedikit lebih besar dari kelereng.
Menurut teknisi di instalasi pengolahan emas tersebut, “batuan” tersebut merupakan sisa pembakaran atau peleburan emas. Setelah terkumpul cukup banyak, “batuan” tersebut langsung dibuat ke tempat tertentu. Umumnya, dibuat di bukit sekitar instalasi pengolahan emas. Tak heran, bila para pemburu yang berhasil menemukan lokasi pembuangan tersebut, sangat meyakini bahwa “batuan” tersebut asli dari alam.
Sesampainya di Bandung, “batuan” tersebut langsung diproses Mang Okim. Hasilnya, “batuan” tersebut berwujud seperti yang disebut kenalan Mang Okim sebagai “Zamrud Cikotok”.
Dan sejak Mang Okim diundang syukuran pada 1993 silam, Mang Okim tidak bertemu lagi dengan pasangan suami-istri tersebut. Hanya, Mang Okim pernah mendengar kabar bahwa tokonya di Cikini, Jakarta, sudah tutup. Mereka pindah ke tempat yang tidak diketahui Mang Okim.
Dari cerita ini, Mang Okim mengingatkan Gemstonia agar berhati-hati bila ditawari batu mulia dengan namanya yang tidak biasa. Jangan berani langsung membeli sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu. Minimal, pengujian sederhana menggunakan kaca pembesar dan senter
0 Response to "Asal Muasal Zamrud Cikotok"
Posting Komentar