Batu akik. Pacitan tempatnya. Desa Sukodono, Kec. Donorojo pusat pembuatannya. Pasar Kliwon yang buka se- tiap Kliwon, adalah bursa batu akik yang paling ramai dikunjungi para pecinta batu agate ini. Pengrajin batu akik Sukodono menikmati kejayaannya cukup panjang mulai tahun 1960-an sampai tahun 1990-an. Produk batunya terkenal indah, karena proses pembuatan dan bahan bakunya juga berkualitas tinggi.
Tanah Pacitan mengandung batu batuan yang bagus untuk diolah menjadi batu mulia. Batu jenis, jasper, fosil kayu, kalsedon, dan pasir kwarsa tersimpan melimpah di bumi Pacitan. Bahan material berupa bongkahan batu besar itu dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Setelah dipoles, batu akik itu digosok dengan amplas dan bubuk batu intan. Ada juga yang masih menggnaka potongan bambu untuk finishingnya.
Proses panjang itu akhirnya terbentuklah batu akik yang sangat menawan. Dan batu-batu itu pun diberi nama sesuai alur serat, ketajaman serta warnanya. Seperti, batu Sulaiman berserat garis-garis dan warnanya seperti madu. Batu yahman warnanya seperti batu sulaiman, namun uratnya menyerupai bentuk air.Sedangkan batu yahman bungur berwarna ungu-kecubung. Batu pancawarna, sesuai dengan namanya, mengandung lima macam warna. Adapun batu badar asem memiliki serat seperti ram but halus, dan sering juga disebut rambut cendana.
Batu akik Sukodono telah mengharumkan nama Pacitan. Berkat pegrajin batu akik desa ini, nama Pacitan dikenal penggemar batu mulia dari dalam dan luar negri. “Pacitan sudah menjadi produsen sekaligus bursa batu akik yang paling banyak didatangi pembeli dari Australia, Korea, Jepang dan banyak lagi,” kenang seorang pengrajin batu akik Sukodono.
Namun, masa keemasan batu akik Pacitan saat ini sudah mulai surut. Penurunan jumlah pembeli terlihat menjelasng Indonesia dilanda krisis moneter pada 1998. Pedagang di Pasar Kliwon mulai sepi pembeli, sehingga berpengaruh pada pengrajin. Produksi batu akiknya melorot tajam. Desa Sukodono mulai sepi kembali. Para pengrajin batu mulia ini sudah banyak beralih profesi, tetapi di depan rumah maupun di dalamnya, masih tersimpan beberapa peralatan untuk memproduksi batu yang sudah tidak terawat lagi.
Di Kecamatan Donorojo, selain Desa Sukodono, para pengrajin batu akik juga tersebar di Desa Gendaran. Namun, akibat melorotnya jumlah permintaan batu akik yang terjun bebas, para pekerja dan pengrajin di Gendaran juga sudah banyak meninggalkan profesinya. “Sekarang ini pasar batu akik sudah sepi. Jarang pengrajin yang mau memroduksi batu akik,” ungkap Par- to Wiyono, pemilik Gems Stones Art Shop di Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan.
Dia mengkisahkan, pembeli batu akik saat ini berbeda jauh dengan 20 tahun yang lalu. Masa kejayaan pengrajin batu akik berkisar tahun 1960-an sampai 1995-an. Setelah krismon tahun 1998, masa suram mulai melanda pengrajin batu akik, sehingga sampai saat ini belum ada usaha untuk mengangkat kembali batu akik ini. “Pada masa kejayaan itu batu akik menjadi mata pencaharian utama warga desa, tetapi ketika masa suram telah tiba maka warga desa sudah banyak meninggalkan profesinya sebagai pengrajin batu akik,”uja Batu akik termasuk barang kesenangan, bukan kebutuhan pokok. Batu akik banyak disimpan dan dipakai sebagai prestise, bahkan sebagian memakainya untuk kewibawaan, meningkatkan derajat dan lainnya. Masa depan batu akik Pacitan semakin suram, setelah beberapa daerah juga ditemukan jenis batu-batuan yang mulai diburu penggemar batu. Batu bacan dari Maluku, misalnya, saat ini lagi ramai diperdagangkan karena banyak penggemarnya
0 Response to "Bursa Batu Pacitan"
Posting Komentar