Kami coba menelusuri keberadaan penambang batu kalimaya di wilayah Kecamatan Curugbitung. Untuk menjangkau kecamatan tersebut dibutuhkan waktu selama 2 jam lebih dengan jarak tempuh sekira 45 kilometer. Dari Rangkasbitung, kemudi kendaraan diarahkan ke Kecamatan Sajira, setelah melewati Polsek Sajira, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Ciburuy yang terkenal dengan penambang batu kalimaya.
Setelah melalui perjalanan panjang dengan melewati perbukitan dan hutan serta jalan yang sedikit rusak, kami akhirnya tiba di Kampung Ciburuy Kaler, Desa Ciburuy, Kecamatan Curugbitung.
Di sana, kami diterima Rohanah, istri Sutiman yang merupakan penambang batu kalimaya. Dia menginformasikan bahwa Sutiman sedang berada di areal penambangan yang ada di belakang rumah berlantai keramik ckelat dan cat putih itu.
Selang beberapa saat, tiba lelaki tua, dengan kulit hitam dan sudah keriput. “Punten (maaf-red) ada perlu apa pak?” tanya Sutiman.
Setelah dijelaskan, Sutiman kemudian mengungkap aktivitas penambangan batu kalimaya di Curugbitung. Katanya, penambangan batu kalimaya sudah puluhan tahun lalu berlangsung. Dirinya melakoni usaha penambangan batu kalimaya sejak 1986, ketika belum berkeluarga. Kini, Sutiman yang mempersunting Rohanah, sudah dikaruniai 7 anak dan menggantungkan hidupnya dari menambang batu kalimaya. “Saya sudah punya anak 7, namun penghasilan dari penjualan batu kalimaya tidak seberapa, karena kami melakukan penambangan batu kalimaya dengan menggunakan alat-alat tradisional. Sehingga, hasilnya kurang memuaskan. Batu kalimaya hanya ada di Lebak. Di daerah lain tidak ada,” terang lelaki kelahiran Kecamatan Sajira 52 tahun lalu itu.
Sutiman menceritakan, saat menambang batu kalimya, tidak setiap hari atau setiap bulan berhasil mendapatkan batu tersebut. Jika lagi sulit, dalam sebulan dia dan penambang lain kadang tidak dapat sedikitpun batu hias untuk cincin itu. Untuk itu, kehidupan para penambang di Curugbitung biasa-biasa saja. Tujuh anaknya hanya berpendidikan setingkat SMP saja.
Dikatakan, batu kalimaya yang berasal dari Ciburuy diburu banyak orang, karena kualitasnya terkenal baik dan hanya ada di Lebak. Yang dia ketahui, selain di Kecamatan Curugbitung, jenis batu hias itu juga ditemukan di Kecamatan Sajira dan Kecamatan Cimarga. Produk batu kalimaya asal Ciburuy diminati orang-orang dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Turki, Taiwan, dan beberapa Negara Eropa lainnya.
Sutiman mengungkap, ada beberapa jenis batu kalimaya yang diminati masyarakat dari luar daerah. Yaitu, batu kalimaya susu, kalimaya kristal, kalimaya teh, kalimaya hitam, kalimaya kelabu, dan kalimaya putih. Jenis-jenis batu kalimaya tersebut banyak ditemukan di Ciburuy dan menjadi primadona kaum lelaki yang punya hobi terhadap batu hias.
Senada dikatakan penambang lainnya, Ujang. Katanya, batu kalimaya yang dihasilkan punya kualitas terbaik. Setiap hari, sekira 200 lebih penambang dari 2.500 kepala keluarga di Desa Ciburuy berprofesi sebagai penambang dan perajin batu kalimaya. Setelah mendapatkan batu dari lubang yang digali, pera penambang kemudian mengasahnya dan membentuk batu hias tersebut untuk bahan pembuatan cincin. Waktunya tidak lama, hanya cukup sehari untuk dapat menghasilkan 20 jenis batu cincin. “Pada 1999, batu kalimaya sebesar bungkus rokok dihargai lebih dari Rp 50 juta. beberapa waktu lalu, ada penambang yang mendapatkan batu kalimaya sepanjang satu meter dengan diameter 5 centimeter dihargai Rp 250 juta,” ujarnya. Jika sedang beruntung, para penambang akan mendapatkan rejeki nomplok dari usaha itu, tapi itu jarang sekali terjadi. Sehari-hari mereka hanya mendapatkan batu-batu kecil yang terdapat di dalam cadas.
0 Response to "Kisah Penambang Batu Kalimaya"
Posting Komentar