Firdaus selepas berdinas di kantor Satpol PP Sumbar mulai menjalankan profesinya sebagai penjual batu akik. Sementara Yusrizal cendrung menghabiskan seluruh waktunya untuk menekuni usaha yang telah dirintisnya 30 tahun lalu. Dari hanya bermodalkan Rp3 juta dan Rp5 juta, kini omset yang telah mereka hasilkan telah mencapai puluhan juta setahun
SAAT ini batu akik semakin digandrungi masyarakat terutama kaum pria. Tidak hanya orang tua dan paruh baya, kini batu cincin yang memiliki keindahan tersendiri itu, juga menjadi tren yang mulai digemari kalangan muda.
Dengan harga yang cukup terjangkau, masyarakat bisa mendapatkan satu buah cincin batu akik sesuai dengan jenis batunya. Semakin indah dan unik sebuah batu akik, maka harganya juga akan semakin mahal. Tidak adanya bandrol tetap dari sebuah batu akik, menjadi daya tarik tersendiri bagi seseorang untuk menggeluti profesi ini.
Salah seorang pengerajin batu akik di jalan utama dadok tunggul hitam, Firdaus, 40, terlihat sedang sibuk melayani pembeli di toko miliknya. Dengan ramah dia melayani pembeli yang singah ke warungnya. Di dalam etalasenya terlihat beragam jenis batu akik. Ada yang masih berbentuk batu mentah dan ada yang telah di asah.
Keada Padang Ekspres, Firdaus bercerita telah dua tahun menggeluti profesi sebagai pengrajin batu akik. Menurut pria yang kerap disapa Angger ini bisnis batu akik cukup menjanjikan. Khususnya sejak dua tahun belakangan ini, dimana fenomena batu akik sudah banyak digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Angger sendiri masih tercatat sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja di kantor Gubernur Sumbar. Sehabis pulang berdinas, ia menggelar toko batu akiknya yang terletak tidak jauh dari kediamannya.
”Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan batu akik. Tapi karena melihat biaya mengasah batu di Pasarraya yang cukup besar Rp25 ribu per batu, saya jadi tertarik membuka usaha serupa di dekat rumah. Biaya yang saya pakai untuk menagsah satu buah batu akik hanya Rp 15 ribu,” ujarnya.
Di toko berukuran 2x3 ini ratusan batu akik dari berbagai jenis terpajang.
Misalnya saja batu zamrud, blue safir, lumuik sungai dareh, cubuang api, dan ruyuang motif srigala yang telah terjual seharga Rp 2 juta. Batu-batu cincin ini tertata rapi di dalam etalase. Baik yang masih berupa batu maupun yang telah diikat menjadi cincin. Untuk harga batu yang sudah diikat dijual mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 2 juta tergantung jenis dan motifnya.
Untuk mendapatkan batu akik, Angger mesti bergerilya sampai ke daerah-daerah di Sumbar seperti ke Muara Sakai Pesisir selatan, Dharmasraya, dan Solok selatan. Meski tergolong kerja sampingan, omzet yang didapatkan Angger dari berbinis batu akik ini bisa melebihi gajinya sebagai PNS golongan 2 B.
”Alhamduilillah hasilnya lumayan besar, bisa untuk biaya rumah tangga dan anak-anak sekolah, bahkan melebihi gaji saya dikantor. Saya hanya bermodalkan Rp3 juta membuka usaha ini. Sementara keuntungan setahunnya puluhan juta,” tuturnya.
Batu dan ikek merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Selain pengarajin Batu akik, pengrajin gagang cincin atau yang biasa disebut dengan ikek juga ikut mendapatkan untung.
Ikek sangat mempengaruhi keindahan sebuah cincin batu akik. Berbagai model dan jenis bahan ikek bisa didapatkan di pengrajin gagang cincin. Salah satunya berlokasi di lantai dua Padang Teater, Pasar Raya Padang. Belasan toko pengrajin ikek berjejer disana.
Yusrizal, 58 atau yang sering dikenal dengan nama Bujang, salah satu pemilik toko pengrajin ikek bahkan sudah mulai meniti karir sebagai pengrajin cincin sejak muda. Bapak enam orang anak ini mengawali usahanya di Padang sejak 30 tahun lalu. Setelah bekerja selama sepuluh tahun di toko mas, ia pun mulai membuka usaha sendiri.
Ratusan gagang cincin berjejer rapi di etalase tokonya. Mulai dari ukuran kecil hingga ukuran besar. Gagang cincin tersebut terbuat dari beberapa bahan, seperti emas murni, suasa, serta perak murni. Namun jenis ikek yang paling diminati masyarakat saat ini adalah perak. Dengan harga yang relatif terjangkau, ikek dengan jenis perak benar-benar sesuai jika disandingkan dengan batu akik.
Untuk harga satu gagang cincin perak telah jadi berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu. Untuk jenis suasa, harga berada dikisaran Rp 200 ribu per grammnya. Kemudian ditambah upah membuat gagang sebesar Rp 100 ribu. Untuk gagang berbahan emas, harga disesuaikan dengan harga emas murni pada saat pembuatan.
Untuk bahan sendiri, rata-rata perak dipasok dari beberapa daerah di Sumatera Barat, seperti Dharmasraya, Pesisir, dan Pasaman. Bahan tersebut berbentuk perak murni yang kemudian diolah oleh pengrajin. Proses pembuatan gagang cincin dilakukan dengan cara dilebur lalu dicetak, ditempa, dan barulah dibentuk.
Yusrizal mengaku, dari tahun ke tahun usaha miliknya meningkat. Bahkan, dalam sehari ia bisa mendapatkan keuntungan hingga satu juta rupiah.
Ia mulai membuka usahanya dari pukul setengah sembilan hingga pukul setengah enam sore setiap harinya. Usaha cincin batu akik memang menjadi salah satu usaha yang menjanjikan.
Buktinya, sudah puluhan tahun cincin batu akik tetap digemari oleh masyarakat dan semakin diminati seperti saat ini. ”Modal saya dalam menjalankan usaha ini hanya Rp5 juta, Alhamdulillah sekarang omsetnya sudah puluhan juta setahun,” ucapnya.
0 Response to "Petugas Satpol PP Nyambi Jualan Batu Akik"
Posting Komentar