Tak hanya orang dewasa, kawula muda pun ikut “tertular” batu akik tersebut. Sepertinya, tren batu akik kini tak sebatas memperlihatkan strata sosial, melainkan sudah menjadi bagian dari life style utamanya bagi kaum adam. Selain bisa menambah kewibawaan dan kegagahan, juga bisa menambah percaya diri bagi si pemakainya.
Booming batu akik saat ini, seiring batu akik lokal asal nusantara kini banyak diburu para kolektor dan buyers dari mancanegara. Sebab, kualitasnya tak kalah bersaing bahkan nyaris menyamai kualitas batu permata dari luar negeri, seperti safir, rubi dan pirus dari Birma, Thailand, Afrika, Iran dan beberapa negara lainnya.
Beberapa jenis batu akik lokal Indonesia ternama dan sedang tren saat ini, seperti halnya bacan jenis doko dan palamea dari daerah Bacan, Kepulauan Halmahera, Maluku.
Tak kalah pamor, batu akik hijau ohen dari Bungbulang, Garut, batu giok aceh, kalimaya dari Lebak, Banten, kecubung dari Kalimantan dan satam (meteorit) dari Pulau Belitung.
Bagi para perajin dan kolektor batu akik di Sumedang, mencuatnya batu akik lokal Indonesia khususnya yang berasal dari Jawa Barat dan Banten, menjadi kebanggaan tersendiri.
Namun, rasa bangga itu seolah kurang sempurna karena belum ada batu akik asli Sumedang yang pamor dan kualitasnya bisa menyamai batu hijau ohen dari Bungbulang Garut atau Kalimaya dari Lebak, Banten.
“Kebanyakan konsumen yang datang ke konter saya untuk memotong bahan, membentuk sekaligus memoles batu akik, jenis batu akiknya dari luar Sumedang. Bahkan warga Sumedang sendiri merasa bangga memakai batu akik dari luar Sumedang. Padahal, jika digali, saya yakin banyak batu akik dari Sumedang yang kualitasnya bisa menyamai batu hijau garut, bacan, kecubung dan pancawarna,” tutur salah seorang perajin batu akik asal Sumedang, Lukman Hakim (55) ketika ditemui di konternya di Jln. Mayor Abdurachman, Kec. Sumedang Utara,.
Ia yang akrab dipanggil Aji menjelaskan, peluang dan potensi batu akik asal Sumedang, dinilai begitu besar. Jika masyarakat mau bersungguh-sungguh bahkan didukung oleh pemerintah daerahnya, bukan mustahil masyarakat bisa mendapatkan batu akik asli Sumedang dengan menggali di dalam tanah atau mencari di sungai. Apalagi, Sumedang kaya akan potensi alam berupa pegunungan dan beberapa sungai besar.
“Di Aceh, terkenal dengan sumber batu akik dari Sungai Dareh. Nah, kita punya Sungai Cipeles dan Cimanuk. Bukan mustahil, di balik derasnya aliran sungai-sungai besar tersebut, tersimpan bahan baku batu akik berkualitas tinggi. Jika dieksplorasi, saya yakin bakal menemukan batu akik asal Sumedang,” kata suami dari Ny. Suteja Rochaeti.
Tak hanya sungai, lanjut dia, wilayah Kab. Sumedang dikelilingi pegunungan. Bahkan ada beberapa gunung yang terkenal, seperti Gunung Tampomas di Cimalaka, Cakrabuana di Wado dan Gunung Lingga di Kec. Cisitu.
Tak menutup kemungkinan, jika diteliti dan digali, masyarakat bisa menemukan bebatuan keras yang mengandung bahan baku batu akik bermutu. Tinggal keuletan dan kesungguhan warga Sumedang saja dalam mencari dan menggali potensi tersebut.
Bagi para penambang pasir dan batu di kaki Gunung Tampomas, hendaknya tak sekedar menambang galian C saja, melainkan mulai mencoba mencari bongkahan batu akik.
“Saya sendiri pernah diajak warga setempat untuk menggali potensi batu akik di balik air terjun di Gunung Lingga, Kec. Cisitu. Cuma, lokasinya masih dirahasiakan. Ada pula informasi, sumber batu akik Sumedang yang berkualitas ada di daerah Situraja dan Buahdua. Seandainya nanti ditemukan batu akik asal Sumedang, semua masyarakat Sumedang pasti akan bangga, bahkan saya akan sangat bangga memakainya,” katanya.
Lebih jauh Aji menjelaskan, guna mengeksplorasi sumber bahan baku batu akik asal Sumedang, hendaknya masyarakat difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Pemkab bisa mendatangkan para ahli geologi dari Bandung untuk melakukan pemetaan dan penelitian beberapa lokasi yang berpotensi tersimpan bahan baku batu akik berkualitas. Dalam pelaksanaannya, bisa melibatkan para perajin dan kolektor batu akik.
“Bisa juga, pemkab mengadakan seminar atau workshop tentang potensi bahan baku batu akik di Sumedang. Seminar tersebut sangat penting untuk memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas kepada masyarakat. Bisa saja, para pesertanya diminta membawa batu akik dari daerahnya masing-masing. Batu akik tersebut bisa diteliti langsung kualitasnya oleh para ahli geologi. Sebab bukan tak mungkin, ada masyarakat yang menemukan batu akik berkualitas asal Sumedang, tapi mereka tidak mengerti dan memahaminya,” ujarnya.
Jika ke depan Sumedang memiliki sumber bahan baku batu akik bermutu, seperti halnya batu hijau garut atau kalimaya banten, nama Sumedang akan semakin ngetop di tingkat nasional bahkan bisa mendunia.
Penemuan batu akik itu akan menambah ikon Sumedang sebagai penghasil batu akik, selain kota tahu dan daerah Cadas Pangeran. “Untuk namanya, bisa dicari. Bisa nama daerah atau nama lokasi penemuannya,” ucap ayah dari tiga anak tersebut.
Ia menambahkan, apabila Sumedang memiliki daerah sumber batu akik, akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian warga. Para perajin, kolektor dan pengusaha batu akik pun, akan bertambah dan usahanya berkembang maju.
Para perajin tak hanya menjual batu akik saja, melainkan mereka bisa melayani jasa pemotongan, membentuk dan memoles batu akik, termasuk menjual batang cincinnya.
“Ongkos membentuk bahan batu akik saja, rata-rata bisa Rp 25.000 sampai Rp 50.000. Belum lagi menjual batang cincin. Harga penjualan batu akiknya saja, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Dengan booming batu akik saja, usaha para perajin di Sumedang terasa menggeliat. Apalagi kalau Sumedang punya sumber bahan baku batu akik berkualitas, perekonomian warga akan maju dan berkembang,” tutur Aji. (Adang Jukardi
0 Response to "Batu Akik Sumedang Mirip dengan Batu Garut Ohen"
Posting Komentar